Senin, 29 November 2010

Radio Komunitas Mantap Berkiprah


dhea/handoyo/eki/frida


Eksistensi radio komunitas dalam tanggap bencana saat ini benar-benar diuji. Penyampaian yang akurat, terpercaya dan up to date merupakan hal-hal utama yang harus dilakukan. Di saat hampir sebagian daerah di Indonesia mengalami bencana alam, salah satunya yaitu letusan Gunung Merapi yang terjadi di Yogyakarta, peran dan kiprah radio komunitas mendapat aktualisasinya dalam memberikan informasi terkini dan akurat tentang perkembangan erupsi Merapi.
Sebagai stasiun radio yang ditujukan untuk melayani kebutuhan masyarakat, radio komunitas harus dapat tanggap mengenai keadaan yang bersentuhan langsung dengan komunitasnya. Selain itu, harus tetap mempertahankan kualitas informasi yang disampaikan ke khalayak. Ini tidak lepas dari radio komunitas yang memiliki fokus pada suatu tempat tertentu dan berhubungan langsung dengan akses masyarakat terhadap radio komunitas itu sendiri.
Informasi merupakan sesuatu kebutuhan tiap individu, apalagi dalam keadaan tanggap Merapi. Kecenderungan terjadinya salah informasi atau informasi yang tidak akurat dalam keadaan seperti ini membuat masyarakat harus mampu memilih informasi yang menerpa mereka. Ada kecenderungan dalam situasi panik, masyarakat hanya melahap langsung berita yang diberikan oleh media massa tanpa memikirkan kebenaran yang disampaikan. Sehingga jika ada kesalahan informasi yang disampaikan akan berdampak buruk pada masyarakat itu sendiri.
Sebagaimana yang dilakukan Ikom Radio UMY 107,7 FM, radio komunitas yang melayani pengungsi Merapi di posko UMY. Miftahul Arzak, Manajer operasional Ikom Radio menyatakan sebagai radio komunitas, Ikom Radio dipercaya sebagai media informasi untuk para pengungsi atau pihak lain yang ingin mengetahui bagaimana perkembangan yang terjadi di tempat pengungsian.
Ia menambahkan Ikom Radio UMY memperluas kiprahnya tidak hanya menjadi media informasi on air seputar pengungsi, namun juga dengan kegiatan off air. Ikom Radio ikut turun tangan secara off air dalam membantu para korban Merapi, khususnya pengungsi yang berada di UMY dengan berbagai program kegiatan.
Hiburan
”Salah satu program/acara off air yang dibuat agar bagaimana anak-anak di tempat pengungsian tidak jenuh dan tidak stres yaitu dengan mengadakan hiburan robot Ragayuda dan diiringi dengan lagu anak-anak yang diputarkan dari studio Ikom Radio, agar mereka bisa bermain dan bisa terhibur. Dan hasilnya anak-anak di sana dapat menikmati dengan antusias,” ujar Arzak yang juga dipercaya sebagai Koordinator Infokom Tanggap Merapi UMY. Selain itu, untuk para ibu, bapak serta para Lansia, secara on air juga diputarkan lagu-lagu lawas agar mereka tidak merasa sepi.
Ikom Radio bersama dengan berbagai radio komunitas juga turut serta dalam Radio Tanggap Merapi, yang merupakan siaran tanggap darurat bencana gunung Merapi dari Radio Republik Indonesia (RRI) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Radio ini berfrekuensi di 100.2 FM dengan daya jangkau di seluruh DIY dan sebagian Jateng yang didukung Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Yogyakarta, Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dan Apkomindo.
Mardiyono, Ketua JRKY menyatakan, Radio Tanggap Merapi atau biasa disebut RTM merupakan hasil kerja sama dari RRI dengan radio-radio komunitas se-DIY. Kru RTM diambil dari kru radio-radio komunitas, selain juga dari RRI itu sendiri. “Sebagian besar masih mahasiswa, yang merupakan penggiat radio komunitas di kampusnya masing-masing. Di antaranya dari Ikom Radio UMY, Agricia UGM, Atma Jaya Radio, MMTC Radio, Magenta UNY, Rasida UIN, dan lain-lain,” imbuhnya.
Mardiyono juga menambahkan RTM tidak hanya mengudara lewat frekuensi radio, namun RTM juga bisa didengarkan secara streaming di www.jogjastreamers.com. “Keberadaan radio ini bisa menjembatani hambatan yang dimiliki radio komunitas, yaitu terbatasnya daya pancar, agar bisa secara maksimal ambil bagian dalam aksi tanggap Merapi,” tambahnya.
Selain RTM, ada juga Radio Jalin Merapi FM yang berdiri atas prakarsa Jalin Merapi, lembaga nirlaba yang memfokuskan diri pada aksi tanggap Merapi. Menurut Muhammad Sahlan, relawan Jalin Merapi (JM), radio ini mengudara dua hari setelah letusan besar tanggal 6 November. Tujuan mengudaranya radio ini adalah sebagai hiburan penghilang rasa jenuh pengungsi dan relawan yang sedang ada di barak-barak pengungsian.
“Meskipun pancaran radionya hanya sekitar radius 10 km dari wilayah Adikarto, Muntilan, tapi respons positif banyak yang datang dari posko-posko pengungsian. Selain itu, pihak Jalin Merapi sendiri juga membagikan satu buah pesawat radio untuk setiap posko agar bisa mendengarkan siaran radio tersebut,” ujar Sahlan. Mahasiswa Broadcasting UMY yang terjun menjadi relawan sejak Gunung Merapi meletus ini menambahkan kru siaran adalah para relawan yang khusus diperbantukan sebagai penyiar dan teknis program siaran.
Sementara untuk radio komunikasi, JM juga punya frekuensi khusus yang digunakan sebagai alat koordinasi dan komunikasi antar 10 posko Jalin Merapi yang tersebar di seputaran sabuk Merapi. Selain melalui jejaring sosial seperti facebook dan twitter, JM juga menyampaikan informasi melalui radio JM FM. Baik RTM maupun radio JM FM juga mengudarakan program hiburan sebagai salah satu bentuk trauma healing bagi pengungsi. (dhea/handoyo/eki/frida)